Arfa dan Guru
Afra dan Guru
Afra adalah anak rajin dari pedalaman. Setiap
hari Afra selalu bernagkat sekolah dan belajar. Walau sebenarnya fasilitas
untuk ia menuntut ilmu tidak memadai, ia tetpa semangat untuk sekolah.
Awalnya banyak seklai teman-teman
afra yang sekolah denganya. Tapi lama klemaaan, jumlah murid semakin berkurang
karena bosan. Lahin dengan afra yang tetap semangat belajar.
Afra memiliki cita-cita. Ia sering
bercerita pada diarynya, juga pada kak anggit, bahwa ia sangat ingin menjadi
seorang guru seperti kak anggit. Kak anggit adalah seorang relawan dari jakarta
yang sukarela datang ke pedalaman untuk mengajar. Kak anggit tau, banyak
orang-orang berpotensi dan berbakat ditempat yang terpencil sekalipun. Kak Anggit
yang baik hati dan penyayang, membuat Afra sangat tertarik untuk menjadi
sepertinya. Menjadi seorang guru yang
berpendidikan tinggi namun rela mengajar di tempat terpencil tanpa gaji.
Harapan Afra, pemerintah harus
peduli pada guru relawan dan menggaji kak anggit. Juga Afra berharap bantuan
buku dan donasi untuk memperbaiki sekolahnya yang sudah reot.
Hari-harinya Afra gunakan untuk
serius belajar dan tekun berangkat ke sekolah. Walau sebenarnya ada tantangan
tersendiri bagi afra. Kedua orangtuanya tidak setuju jika ia sekolah. Lagipula,
pada akhirnya, perempuan akan memasak didapur, itu anggapan orang tuanya. Namun
afra tidak pernah menyerah untuk tetap menuntut ilmu.
Hingga suatu ketika saat Afra
hendak berangkat ke sekolah, bapaknya menuntut agar afra tidak berangkat
sekolah, dan membantu ayahnya untuk memanen padi. Bukan afra durhaka kepada
kepada orang tua karena sudah menolak perintah dari ayahnya. Tetapi afra ingin
menggapai mimpinya walau sangat susah mendapat ridho dari orang tua.
Mimpi afra untuk menjadi seorang
guru benar-benar sudah bulat. Ia akan bersikeras untuk menggapainya dengan cara
sekolah dan terus berdo’a. Juga dengan bimbingan kak anggit.
Tapi sayangnya, harapan besar itu
pupus ketika kak anggit berpamitan untuk pulang ke jakarta. Sungguh, itu
benar-benar membuat afra hilang semangat, apalagi setelah ia mengetahui alasan
kak anggit pulang ke tempat kelahiranya. Karena virus corona yang semakin
merebak di Indonesia. Orang tua kak anggit sangat khawatir kepadanya. Sebenarnya
tidak ada masalah, tapi kak anggit tidak bisa menolak kehendak orang tuanya.
Afra sangat sabar menanti kak anggit kembali untuk membimbingnya dan
teman-teman. Tapi, setelah berbulan-bulan menunggu, kak Anggit tak kunjung
kembali. Mungkin karena corona masih meraja lela.
Hilang sudah separuh semangat
yang dimiliki Afra untuk menggapai cita-cita mulianya. Seorang guru pembimbing,
penyemangat, yang ia punya telah pergi dan entah kapan akan kembali lagi.
Dengan buku-buku pendidikan yang
kak anggit pinjamkan, afra mencoba belajar. Namun ternayata itu sulit, hanya
dengan penjelasan kak anggit dia mengerti. Hanya dengan bimbingan kak anggit,
afra bisa menjadi faham. Dengan semangat yang tersisa, Afra mencoba bertahan
dan terus berusaha sendiri.
Afra ingin saat ini semoga virus
corona diangkat dari dunia. Yang afra impikan adalah tuhan mengambil virus itu
kembali. Agar kak Anggit kembali ke pedalaman dan kembali mengajar. Agar kak
anggit kembali membimbingnya. Karena kak Anggit adalah salah satu alasan mengapa
afra tetap memperjuangkan mimpinya. Tetap semangat meraih cita-cita mulianya,
dan juga membuktikan pada kedua orang tuanya, bahwa perempuan pasti bisa.
“Tuhan, angkatlah musibah ini,
agar aku bisa mewujudkan mimpi-mimpi”
0 Response to "Arfa dan Guru"
Posting Komentar